What can we help you with?
Cancel
Pola Hidup Sehat dalam Islam

Pola Hidup Sehat dalam Islam: Keseimbangan Jasmani dan Rohani

Saat mendengar "pola hidup sehat dalam Islam", apa yang terlintas di benak Anda? Mungkin soal makanan halal, puasa, atau shalat. Semua itu benar. Namun, konsep sehat dalam Islam jauh lebih dalam dan menyeluruh daripada sekadar aktivitas fisik atau diet.

Islam memandang kesehatan sebagai sebuah keseimbangan (mizan) yang sempurna. Ini adalah harmoni antara kekuatan jasmani (fisik) dan ketenangan rohani (spiritual). Keduanya tidak dapat dipisahkan, tubuh yang bugar adalah penopang untuk jiwa yang tenang, dan jiwa yang tenang adalah energi bagi tubuh yang sehat.

Artikel ini akan memandu Anda untuk memahami bagaimana Islam memandang kesehatan secara utuh. Kita akan membahas panduan praktis untuk menjaga keduanya, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

Apa Sebenarnya Maksud "Sehat" dalam Islam?

Sehat dalam Islam bukan hanya bebas penyakit fisik. Islam memandang kesehatan sebagai kondisi utuh yang mencakup jasmani, mental, sosial, dan spiritual. Ada satu kata indah yang merangkum ini yaitu afiyah yang berarti keselamatan dari segala hal yang tidak disenangi baik dunia maupun agama. Rasulullah SAW bersabda setelah iman anugerah terbaik adalah afiyah.

Tubuh adalah amanah dari Allah bukan milik kita. Merawatnya adalah ibadah bahkan termasuk tujuan utama syariah yaitu hifz al-nafs menjaga jiwa. Memberi nutrisi istirahat cukup dan tidak berlebihan adalah bentuk ketaatan. Rasulullah SAW pernah mengingatkan dalam hadis shahih :

 “Sesungguhnya Tubuhmu memiliki hak atasmu...” (HR Bukhari).

Intinya adalah mizan (keseimbangan). Islam menolak sikap ekstrem. Jangan terlalu fokus dunia hingga lupa ibadah atau sebaliknya. Pola hidup sehat ala Islam adalah harmoni antara jasmani dan rohani.

Cara Menjaga Kesehatan Tubuh dalam Islam

Merawat amanah fisik berarti mengikuti panduan praktis yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ini adalah fondasi agar ibadah kita bisa maksimal.

  1. Memilih Makanan yang Halal Sekaligus Baik (Thayyib)

    Landasan gizi dalam Islam berdiri di atas dua pilar: halal (diperbolehkan) dan tayib (baik atau murni). Seringkali kita hanya fokus pada "halal", padahal Al-Qur'an selalu menggandengkan keduanya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 168:

    "Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik (halālan ṭayyibā)...".

    Tayib berarti makanan itu harus bergizi, bersih, tidak kotor, dan tidak merusak kesehatan tubuh atau akal. Makanan yang halal (seperti soda tinggi gula) jika dikonsumsi berlebihan hingga merusak tubuh, maka ia tidak lagi thayyib.

  2. Makan Secukupnya, Jangan Berlebihan

    Setelah memastikan makanan itu halalan thayyiban, prinsip berikutnya adalah tidak berlebihan (israf). Rasulullah SAW mencontohkan untuk selalu berhenti makan sebelum kenyang. Ini dirangkum dalam hadis :

    "Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap... Jika harus makan lebih banyak, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya." (HR. Tirmidzi).

    Ilmu pengetahuan modern mendukung ini. Penelitian oleh Masrina dkk. pada 2024 menunjukkan Makan secukupnya atau mindful eating adalah strategi terbaik mencegah obesitas dan penyakit kronis lainnya .

  3. Berolahraga agar Menjadi Mukmin yang Kuat

    Islam menganjurkan umatnya untuk kuat secara fisik. Tubuh yang bugar adalah sarana untuk menyempurnakan ibadah.

    Dalil utamanya adalah hadits: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah..." (HR. Muslim). Olahraga adalah cara untuk membangun kekuatan ini.

    Tubuh yang kuat akan sanggup berdiri lebih lama untuk shalat malam, lebih fokus saat berpuasa, dan lebih bugar dalam beraktivitas. Rasulullah SAW secara spesifik menganjurkan olahraga fungsional seperti berenang, memanah, dan berkuda.

  4. Pentingnya Istirahat dan Tidur yang Cukup

    Tidur bukanlah kemalasan, melainkan hak tubuh yang esensial. Al-Qur'an dalam surah Az Zumar menyebut tidur sebagai "kematian kecil".

    Sunah Rasulullah SAW. memberikan panduan tidur yang ideal. Beliau tidur di awal malam, berwudhu dan berdoa sebelum tidur, serta berbaring pada sisi kanan yang dijelaskan dalam hadis:

    "Jika kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah di atas sisi kanan tubuhmu." (HR. Bukhari dan Muslim).

    Selain itu, Sunah juga memperkenalkan Qailullah, yaitu tidur siang singkat (sekitar 10-20 menit) sebelum atau sesudah Dzuhur. Manfaatnya terbukti secara ilmiah, termasuk meningkatkan daya ingat dan memulihkan suasana hati.

  5. Menjaga Kebersihan Diri (Thaharah) sebagai Kunci Ibadah

    Kebersihan adalah pilar terakhir kesehatan fisik. Dalam Islam, kebersihan bukan sekadar urusan penampilan, tapi inti dari iman. Rasulullah SAW bersabda, "Kebersihan (Thaharah) adalah setengah dari iman." (HR. Muslim).

    Thaharah (bersuci) melalui wudhu atau mandi wajib adalah "kunci shalat". Tanpa bersuci, ibadah spiritual kita tidak sah. Ini adalah jembatan literal antara jasmani dan rohani. Wudhu secara fisik membersihkan kotoran, dan secara spiritual mempersiapkan kita untuk "bertemu" Allah.

Baca Juga : 7 Manfaat Tidur Siang yang Sangat Penting Untuk Jiwa dan Raga Kita

Cara Menjaga Kesehatan Jiwa dalam Islam

Tubuh yang sehat adalah kendaraan untuk jiwa yang sehat. Kesehatan rohani (jiwa) dijaga melalui ibadah inti yang berfungsi menenangkan pikiran dan membersihkan hati.

  1. Melaksanakan Shalat Sebagai Tiang Agama

    Shalat adalah tiang agama dan puncak koneksi spiritual. Ia dirancang untuk menyelaraskan lisan (bacaan), tubuh (gerakan), dan jiwa (kekhusyukan) untuk menghilangkan stres dan kecemasan.

    Secara fisik, gerakan shalat adalah olahraga ringan yang sempurna. Seperti Sujud, dilansir dari Baznas Kota Yogyakarta (2025), yang bermanfaat melancarkan aliran darah kaya oksigen ke otak, yang baik untuk memori, konsentrasi, dan kognisi..

    Secara psikologis, shalat yang khusyuk dan dilakukan berjamaah terbukti sangat efektif. Sebuah studi dari IAIN Palopo tahun 2025 menemukan bahwa Sholat dan merasakan emosi positif saat berdoa (khusyuk) berkorelasi signifikan dengan kebahagiaan yang lebih besar serta tingkat depresi dan kecemasan yang lebih rendah.

  2. Berpuasa untuk Membersihkan Tubuh dan Jiwa

    Puasa adalah latihan intensif untuk pengendalian diri (nafs), kesabaran, dan menumbuhkan empati. Secara medis, ilmu pengetahuan modern (dalam bentuk "puasa intermiten") telah membuktikan manfaatnya. Sebuah artikel dari Universitas Muhammadiyah Bandung di tahun 2024 menemukan bahwa puasa Ramadan membawa perubahan positif pada mikrobioma usus dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

  3. Berzikir agar Hati Menjadi Tenang

    Zikir (mengingat Allah) dan tafakur (refleksi) adalah inti dari ketenangan rohani. Ini adalah janji langsung dari Allah SWT dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28:

    Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.".

    Saat hati gelisah, cemas, atau stres, zikir adalah "pembersih hati". Zikir dan membaca Al-Qur'an kini juga diteliti sebagai terapi yang menjanjikan untuk mengatasi kecemasan.

  4. Perbanyak Sabar dan Syukur

    Kesehatan rohani dijaga oleh dua perisai mental: Sabar (kesabaran) dan Syukur (rasa terima kasih). Sabar dalam Islam bukanlah sikap pasif atau menyerah. Ia adalah mekanisme coping yang aktif. Sebuah proses bertahan, tetap berusaha, tidak menyerah, dan mengelola emosi saat diuji.

    Syukur adalah praktik psikologi positif yang diajarkan Islam. Allah SWT berjanji dalam QS. Ibrahim ayat 7:

    "...Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu...".

    Secara psikologis, aktif bersyukur terbukti menurunkan stres dan meningkatkan kebahagiaan. Sabar adalah alat untuk masa sulit, dan Syukur adalah alat untuk masa baik.

Tantangan Hidup Sehat di Zaman Sekarang

Menerapkan gaya hidup ini di era modern memang menantang. Tantangan fisik datang dari makanan olahan (yang mungkin halal, tapi belum tentu tayib). Tantangan rohani datang dari distraksi digital yang merusak khusyuk dalam shalat, serta budaya perbandingan di media sosial yang meracuni rasa syukur kita. Ini menuntut kesadaran dan niat yang kuat untuk memilih apa yang terbaik bagi tubuh dan jiwa kita.

Pola hidup sehat dalam Islam bukanlah tujuan akhir. Kita sehat bukan untuk pamer atau sekadar mengejar umur panjang. Keseimbangan jasmani dan rohani adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Tubuh yang sehat adalah kendaraan terbaik untuk menopang jiwa yang tenang. Keduanya bekerja sama agar kita bisa menjalankan peran utama kita: menjadi hamba yang beribadah dengan optimal kepada Allah SWT.

Ingin memperluas wawasan Anda dengan artikel serupa? Kunjungi Sharia Knowledge Center dan temukan berbagai insight menarik seputar ekonomi serta keuangan syariah untuk menambah pengetahuan Anda.

Sumber :